
"Judul: Sembari Melipat Renjana
Semburat jingga di cakrawala menuntun takdir setiap jiwa
Kala itu sorak nestapa terdengar jelas merambat di udara
Tiga ratus enam puluh lima hari sejak saat itu batin masih tak berdaya
Bersusah payah menyambut realita
Hujan air mata menyertai kukungan rindu setiap kali gelap gulita
Temaram langit kota bahkan sudah bosan menampung cerita
Sepertinya sudah seribu kali puan bercerita
Pantas saja, selalu sunyi yang menimpali pada setiap jeda
Sembari melipat renjana, puan berserah pada semesta
Gugusan takdir sudah semestinya manusia terima
Sembari melipat renjana, puan menunggu ‘tuk bersua
Melepas rindu yang kian menjelma
Di ruang dan waktu yang sama menyusuri karpet merah nirwana
Tuan,
Tuan abadi dalam fana
Terukir istimewa di lembar halaman pertama"
Posting Komentar